Wednesday, June 25, 2008

Ulang Tahun Pernikahan ke 50

Alkisah, pada suatu hari, diadakan sebuah pesta emas peringatan
50 tahun pernikahan sepasang kakek -nenek. Pesta ini pun dihadiri
oleh keluarga besar kakek dan nenek tersebut beserta kerabat
dekat dan kenalan.

Pasangan kakek-nenek ini dikenal sangat rukun, tidak pernah
terdengar oleh siapapun bahkan pihak keluarga mengenai berita
mereka perang mulut. Singkat kata, mereka telah mengarungi
bahtera pernikahan yang cukup lama bagi kebanyakan orang. Mereka
telah dikaruniai anak-anak yang sudah dewasa dan mandiri baik
secara ekonomi maupun pribadi. Pasangan tersebut merupakan
gambaran sebuah keluarga yang sangat ideal.

Di sela-sela acara makan malam yang telah tersedia, pasangan yang
merayakan peringatan ulang tahun pernikahan mereka ini pun
terlihat masih sangat romantis. Di meja makan, telah tersedia
hidangan ikan yang sangat menggiurkan yang merupakan kegemaran
pasangan tersebut.

Sang kakek pun, pertama kali melayani sang nenek dengan
mengambil kepala ikan dan memberikannya kepada sang nenek,
kemudian mengambil sisa ikan tersebut untuknya sendiri.

Sang nenek melihat hal ini, perasaannya terharu bercampur
kecewa dan heran. Akhirnya sang nenek berkata kepada sang
kakek: “Suamiku, kita telah melewati 50 tahun bahtera
pernikahan kita. Ketika engkau memutuskan untuk melamarku,
aku memutuskan untuk hidup bersamamu dan menerima dengan
segala kekurangan yang ada untuk hidup sengsara denganmu
walaupun aku tahu waktu itu kondisi keuangan engkau pas-
pasan. Aku menerima hal tersebut karena aku sangat mencintaimu.

Sejak awal pernikahan kita, ketika kita mendapatkan
keberuntungan untuk dapat menyantap hidangan ikan, engkau
selalu hanya memberiku kepala ikan yang sebetulnya sangat
tidak aku suka, namun aku tetap menerimanya dengan
mengabaikan ketidaksukaanku tersebut karena aku ingin
membahagiakanmu. Aku tidak pernah lagi menikmati daging
ikan yang sangat aku suka selama masa pernikahan kita.
Sekarangpun, setelah kita berkecukupan, engkau tetap
memberiku hidangan kepala ikan ini. Aku sangat kecewa,
suamiku. Aku tidak tahan lagi untuk mengungkapkan hal ini.”

Sang kakek pun terkejut dan bersedihlah hatinya mendengarkan
penuturan Sang nenek. Akhirnya, sang kakek pun menjawab,
“Istriku, ketika engkau memutuskan untuk menikah denganku,
aku sangat bahagia dan aku pun bertekad untuk selalu
membahagiakanmu dengan memberikan yang terbaik untukmu.
Sejujurnya, hidangan kepala ikan ini adalah hidangan yang
sangat aku suka. Namun, aku selalu menyisihkan hidangan
kepala ikan ini untukmu, karena aku ingin memberikan yang
terbaik bagimu. Semenjak menikah denganmu, tidak pernah
lagi aku menikmati hidangan kepala ikan yang sangat aku
suka itu. Aku hanya bisa menikmati daging ikan yang tidak
aku suka karena banyak tulangnya itu. Aku minta maaf, istriku.”

Mendengar hal tersebut, sang nenek pun menangis. Merekapun
akhirnya berpelukan. Percakapan pasangan ini didengar oleh
sebagian undangan yang hadir sehingga akhirnya merekapun
ikut terharu.

Kadang kala kita terkejut mendengar atau mengalami sendiri
suatu hubungan yang sudah berjalan cukup lama dan tidak
mengalami masalah yang berarti, kandas di tengah-tengah
karena hal yang sepele, seperti masalah pada cerita di atas.

Kualitas suatu hubungan tidak terletak pada lamanya
hubungan tersebut, melainkan terletak sejauh mana kita
mengenali pasangan kita masing-masing.

Link

No comments: