Thursday, July 24, 2008

Pengaruh Minuman Isotonik

Minuman isotonik semakin gencar menyerbu pasaran.
Melalui iklan, produk ini dicitrakan mampu mengganti cairan tubuh yang
hilang dalam waktu singkat.
Di balik kesan kesegarannya, minuman isotonik dapat berbahaya apabila
dikonsumsi sembarangan.
Sebuah iklan minuman isotonik di televisi mengatakan, ion di dalam isotonik
mampu menjaga kelembapan kulit dan tubuh lebih baik daripada air biasa.
Iklan lain menyebutkan, kehilangan dua persen cairan tubuh akan menurunkan
stamina dan konsentrasi.
Dosen pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor,
Fransiska Rungkat Zakaria, mengatakan, iklan produk isotonik sebagian
menyesatkan masyarakat.
Di iklan, seolah-olah isotonik bisa diminum siapa saja dan dalam kondisi
apa saja.
Padahal, Fransiska mengingatkan, isotonik tidak bisa dikonsumsi sembarangan
karena minuman ini mengandung garam natrium (NaCl).
"Coba perhatikan labelnya, pasti ada kandungan Na dan Cl nya," tutur
Fransiska.
Ia menambahkan, minuman isotonik itu tidak lain adalah larutan garam. Oleh
produsennya, larutan itu kemudian diberi tambahan zat lain, seperti
vitamin.
Ion yang disebut-sebut sangat bermanfaat bagi tubuh sebenarnya juga tidak
hanya terkandung pada isotonik.
Setiap garam yang dilarutkan dalam air, kata Fransiska, pasti akan berubah
menjadi ion Na dan ion Cl.
"Jadi, ion yang terkandung dalam sayur lodeh dengan ion dalam isotonik itu
sama saja," tutur Fransiska.
Karena berisi garam, isotonik tidak boleh diminum sembarangan.
Apabila berlebihan, kadar garam dalam tubuh akan menyebabkan tekanan darah
tinggi atau hipertensi.
"Bila sudah kena hipertensi, tinggal menunggu saja bagian tubuh mana yang
jebol duluan," kata Fransiska.

Dari makanan
Apabila tubuh kita berkeringat, natrium dan klorida yang terkandung dalam
cairan tubuh ikut keluar melalui pori-pori kulit.
Jika kedua zat itu tidak digantikan, sel-sel tubuh kita lama-lama akan
rusak dan mati.
Persoalannya, dari manakah zat natrium dan klorida itu diperoleh?
Apakah harus dari minuman isotonik? Jawabannya, tidak.
Menurut Fransiska, makanan yang kita konsumsi sehari-hari sudah cukup untuk
menggantikan natrium dan klorida yang keluar bersama keringat.
"Setiap kali masak, kita selalu menggunakan garam. Itu sudah cukup untuk
mengganti garam yang keluar dari tubuh. Bahkan berlebih," papar Fransiska.
Ia mengingatkan, dalam kondisi normal, tubuh orang dewasa hanya memerlukan
2,3 gram natrium per hari, sedangkan klorida hanya 50-100 mg.
Pada anak-anak, kebutuhan dua zat itu lebih sedikit dibandingkan dengan
orang dewasa.
Apabila kita memasak tanpa garam, kebutuhan natrium dan klorida juga sudah
bisa dipenuhi dari bahan makanan.
Ia mencontohkan, 1 ons daging merah mengandung 70 mg natrium, sementara
setiap 10 ons nasi mengandung 10 mg natrium.
Bahan makanan lain, seperti telur, daging ayam, kacang-kacangan, buah, dan
sayur, juga mengandung natrium.
"Karena itu, pada kondisi normal, kita tidak perlu lagi mengganti cairan
tubuh dengan isotonik," kata Fransiska.
Fransiska mengingatkan, isotonik lebih cocok dikonsumsi atlet yang
menggeluti olahraga berat.
Pada atlet olahraga berat, kebutuhan sodium memang lebih tinggi dari orang
biasa, yaitu 5-7 gram per hari.
Meski begitu, sebaiknya dihitung lebih dulu apakah natrium dan klorida yang
dibutuhkan atlet bersangkutan sudah cukup didapat dari makanan yang
dikonsumsi.
Bila masih kurang, boleh saja ditambah dengan isotonik.
Di negara maju, kata Fransiska, ada lembaga yang meneliti dan menghitung
berapa jumlah natrium pada makanan yang dikonsumsi atlet.
Hasilnya, menu makanan yang dihidangkan tiga kali sehari itu sudah
mengandung 6 gram natrium.

Mengecoh
Meski isotonik tidak boleh dikonsumsi sembarangan, beberapa iklan produk
isotonik justru memakai model orang biasa (bukan atlet) sebagai konsumen
isotonik. Minuman isotonik itu juga ditenggak pada kondisi biasa saja,
seperti terjebak macet yang tidak selalu identik dengan keluarnya ion-ion
tubuh secara berlebihan.
Bahkan disebutkan, tanpa menyebut kondisinya, isotonik lebih baik dari air
biasa.
Menurut Fransiska, iklan semacam itu sangat menyesatkan masyarakat.
Produsen boleh saja menarik pembeli dengan iklan yang kreatif, tetapi dalam
iklan juga harus dicantumkan informasi yang jelas, bukan informasi
menyesatkan.
Produsen seharusnya juga mencantumkan peringatan minuman itu mengandung
garam.
Agar konsumen bisa mengambil keputusan terbaik, harus disebutkan pula
berapa jumlah garam yang dibutuhkan manusia per harinya.
"Memang produsen akan ribut. Kalau label itu diberlakukan, produk mereka
tidak akan laku.
Meski demikian, jangan karena kepentingan ekonomi, kesehatan masyarakat
dipertaruhkan, " kata Fransiska.
Jadi, meski kelihatannya menyegarkan, hati-hati bila ingin mengonsumsi
isotonik.


Link

No comments: