Thursday, July 24, 2008

Anak dan Ibu

Saya mendapat cerita ini dari millis lain...
Dan setelah membaca crita ini, saya merasa tersentuh... dan ingin
membagikan dengan yang lain...
Semoga dapat berkenan...

Beberapa waktu lalu istri saya mengusulkan agar saya berkencan
dengan seorang perempuan lain, besok malam. 'Kamu akan
mencintainya, ' kata istri. 'Apa-apaan sih,' protes saya.
'Mengapa kamu tidak ikut?'
'Itu acara kamu berdua dengan dia,' jawab istri.

Perempuan yang dimaksudnya adalah ibu saya yang telah menjanda
selama 19 tahun belakangan ini. Saya jarang menemuinya karena
kesibukan kerja dan mengurus tiga anak kami. Malam itu saya
telepon ibu, mengajaknya makan malam dan nonton film.
Berdua saja.

'Ada apa dengan istrimu?' kata ibu dari ujung telepon.
Ibu saya adalah tipe yang selalu curiga kalau menerima telepon
di tengah malam atau undangan yang datangnya tiba-tiba. Bagi
dia, itu pasti akan membawa berita buruk. 'Saya pikir, pasti
akan menyenangkan kalau kita sekali-sekali ke luar berdua saja,'
jawab saya. 'Ibu mau sekali,' jawabnya setelah terdiam beberapa
lama. Aha, dia masih curiga.

Besok malam, sepulang kantor saya ke rumah ibu. Dia terlihat
agak senewen tapi berdandan resmi sekali. Ibu jelas telah menata
rambutnya di salon, dan dia memakai gaunnya yang terbaik. Gaun
yang dipakai pada pesta ulang tahun perkawinan yang terakhir
ketika ayah masih hidup.

Ibu menyambut saya dengan senyum lebar.
'Saya bilang ke kawan-kawan tentang rencana kita ini. Mereka
semua kaget dan merasa ikut senang seperti ibu sekarang,'
kata ibu seraya masuk mobil. 'Mereka bilang besok pagi ingin
tahu ceritanya.'

Kami pergi ke restoran yang agak mahal. Suasananya elegan,
menyenangkan. Ibu menggandeng lengan saya ketika memasuki
ruangan, persis seperti first lady. Jalannya anggun.

Saya harus membacakan daftar menu karena ibu tak bisa lagi
membacanya walau dengan kacamata tebal. Ketika sedang membaca
daftar itu, saya berhenti sejenak menengok ke ibu.
Dia sedang memandangi saya dengan senyum kasih..
'Dulu, ibu yang membacakan kamu daftar menu ketika kau masih
kecil,' katanya. 'Sekarang ibu santai saja. Giliran saya yang
melayani ibu,' jawab saya.

Sambil makan, kami membincangkan banyak hal sehari-hari.
Tidak ada topik yang istimewa tapi obrolan mengalir saja
sampai- sampai kami terlambat untuk menonton film.
Mengantarnya pulang, di muka pintu ibu berkata, 'Ibu mau
pergi lagi dengan kamu, tapi lain kali ibu yang bayar.'
Saya setuju.

'Bagaimana kencanmu?' tanya istri saya di rumah.
'Sangat menyenangkan. Lebih dari yang saya duga. Tadinya
tidak tahu mau ngomongin apa.'

Beberapa hari kemudian, ibu meninggal karena serangan
jantung. Begitu tiba-tiba kejadiannya, saya tidak sempat
berbuat apa-apa untuk menolongnya.

Satu minggu berlalu, sepucuk surat tiba dari restoran tempat
ibu dan saya makan malam. Surat itu dilampiri kopi tanda
lunas. Ada selembar kertas diselipkan di situ, bertuliskan:
'Ibu sudah bayar makan malam kita karena rasanya tak mungkin
kita makan bersama lagi. Walaupun begitu, ibu sudah bayarkan
untuk dua orang, barangkali untuk kau dan istrimu. Anakku,
besar sekali arti undanganmu malam itu.'

Pada detik itulah saya mengerti apa pentingnya arti bahwa
kita mengatakan kepada orang-orang yang kita sayangi mengenai
perasaan kita itu..

Mengatakan pada orang yang kita sayangi bahwa kita sungguh
mencintainya, selagi kita sempat.

Karena itu, katakanlah cinta, jangan pernah menunggu nanti..

Siapa tahu, ketika cinta itu kita tahan, saat akan mengucapkan,
sudah terlambat.. seseorang yang istimewa itu sudah tidak ada lagi...

Link

No comments: